Sungguh
aku merasa ngeri sendiri saat membaca salah satu postingan
terekomendasi Bang Mimin hari ini. Diceritakan seorang perantauan India
bernama Arsheef yang hidup sebegitu hematnya hingga rela sebulan penuh
menjejali tubuh dengan produk mie instan. Sedikit kontroversial memang.
Bagamaimana bisa, hidup hemat dengan mie instan sebagai solusi ternyata
malah disarankan penulisnya untuk ditiru, diteladani. Hemat bukan
berarti memangkas habis pengeluaran untuk asupan makan, apalagi
mengabaikan nutrisi dan gizi pada menu keseharian kita.
Menabung
banyak dollar untuk masa depan memang sangat diperlukan, tapi bukan
berarti menomorduakan investasi kesehatan. Niatannya menabung banyak
duit, yang terjadi malah menabung banyak penyakit. Padahal kita tahu
nilai kesehatan jauh lebih berharga dari sekedar harta. Hanya saja,
masyarakat kebanyakan masih awam akan pentingnya investasi kesehatan.
Sehingga mereka sering salah kaprah hingga rela bertahan hidup dengan
sekardus mie instan setiap bulannya. Kasus seperti ini
sudah menjadi hal yang sangat lumrah pada anak kost di negeri kita. Dan
ternyata terjadi juga dibelahan bumi Singapura?
Well,
aku juga seorang perantauan, dimana hampir satu dasawarsa hidup jauh
dari keluarga. Sehingga dulu juga pernah merasakan susahnya menjadi anak
kost yang bertahan hidup dengan uang kiriman orang tua. Untungnya
hingga kini aku tidak pernah mencandu mie instan, bahkan sejak saat SMA
dimana sudah tinggal terpisah jauh dari keluarga. Bunda selalu
mengajarkan hidup sehat dengan banyak makan sayur dan buah, sebisa
mungkin menghindari mie instan. Dan kalaupun harus mengkonsumsi mie, aku
selalu memasaknya dengan sayuran semisal, kol, bayam, wortel, irisan
seledri dan bawang. Sesekali menambahkan telur ataupun keratan sosis.
Yang lebih ekstrim malah terkadang sebelum diolah, mie instan rebusan
pertama selalu ku buang dan kucuci bersih lalu ku masak lagi.
Kenapa
air rebusan pertama dibuang dan mie harus dicuci dahulu? Ini terkait
dengan kandungan zat lilin dalam mie instan. Dalam artikel yang pernah kubaca
dijelaskan bahwa beberapa ahli menyebutkan mengkomsumsi mie instan
secara berlebihan cukup berbahaya karena adanya zat lilin pada mie. Zat
lilin digunakan untuk menjaga tekstur mie agar keras pada saat sebelum
dimasak. Walaupun dalam mie instan dan mie-mie lainnya, kadar zat lilin
yang terkandung sudah pasti aman karena Insya Allah sudah diteliti sama BPOM. Bagaimanapun kita harus waspada dan tetap menjadi smart consumer. Sehingga sebagai tindakan preventif, mencuci mie sebelum di olah setidaknya dapat mengurangi kadar lilin didalamnya.
Masih
dari sumber yang sama, disebutkan bahwa zat lilin ini baru bisa dicerna
dengan sempurna setelah tiga sampai tujuh hari ngendon diperut kita.
Tergantung dari banyaknya kandungan zat lilin masing-masing merek mie
yang dipasarkan. Nah lho kalau setiap hari kita menjejali perut
dengan mie instan, kebayang kan gimana nasib lambung kita? Oke taruhlah
misal dalam satu pekan, kita mengkonsumsi (3 bungkus mie X 7 hari) 21
bungkus mie instan. Kalau dihitung minimalnya, kita ambil yang bisa
dicerna selama 3 hari, maka zat lilin itu baru bisa dicerna setelah 63
hari atau sama dengan 2 bulan 3 hari. Bayangkan, itu baru untuk satu
minggu! Bagaimana kalau setiap minggunya kita terbiasa makan mie
instant?
Dan
masih seputar kandungan mie instan, yang tak kalah membahayakan adalah
MSG berlebih pada bumbu. Bentuk vetsin kristal yang mendominasi bumbu
mie instan ditengarai dapat melukai dinding lambung sehingga perut
merasa sakit dan menyebabkan bakteri helicobacter pylory
tumbuh dengan pesat di luka yang timbul. Kemudian memicu pembesaran
pada luka sehingga kita akan sering merasa perih seperti menderita maag.
Karena itu ketika kita sangat lapar dan memutuskan memilih mie instan sebagai solusi yang terjadi kadang perut terasa perih. Kalau dibiasakan bisa menimbulkan gastritis.
Yang
perlu diperhatikan juga bagaimana cara memasak mie instan yang sesuai
standard. Dalam kemasan bungkus mie instant, semua menganjurkan agar
memasak mie dahulu baru menaburkan bumbu dimangkok ataupun pirin saji.
Tapi seringkali kita membiasakan membumbui mie instan saat mie mendidih
diatas kompor. Dengan alasan bumbu lebih menyatu dan berasa selangkah
lebih lezat. Padahal jika bumbu ber-MSG dimasak diatas suhu 120 derajat
Celsius akan berpotensi menjadi Karsinogen pembawa Kanker yang
mematikan. Kelihatan sepele memang, tapi prosedur ini sudah selayaknya
diketahui banyak orang. Sehingga kita sebagai konsumen tidak dirugikan.
Lebih jauh, MSG alias monosodium glutamat merupakan asam amino esensial yang hanya dibutuhkan dalam kadar yang sangat kecil. Maka jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih akan
menyebabkan toksikotoksik yaitu meluruhnya sel-sel seperti sel saraf
dan dapat mendegenerasi sel saraf sehingga kita akan merasa lebih bodoh
dan kesulitan berpikir akibat hancurnya sel-sel saraf
diotak secara perlahan. Hingga tak mengherankan, jika dokter juga sangat
menyarankan Ibu hamil untuk menghindari komsumsi mie instan dan makanan
ber-MSG yang membahayakan pertumbuhan otak janin.
Itu
hanya sedikit yang bisa kuingat dan kutuliskan, dan jika dikuliti lebih
dalam lagi tentang bahaya mie instan sudah pasti akan membuat kita
berpikir dua kali untuk mengkonsumsi produk ini. Karena sebenarnya yang
paling berbahaya dari eksistansi mie instan sendiri adalah kandungan
pengawetnya, baik pada mie, bumbu, saus, maupun minyaknya. Kita sudah
sama-sama tahu bahaya natrium benzoat yang digunakan sebagai
pengawet makanan. Bahan pengawet disinyalir akan merusak ginjal kita
bahkan kita dapat terkena diabetes karena gula darah didalam darah akan
meningkat. Konsumsi pengawet yang berlebihan memicu kerusakan pada hati
sehingga tidak dapat menghasilkan insulin dari sel betanya. Tidak hanya
berhenti disitu, bahan pengawet juga dapat merusak sel-sel saraf kita.
Dan kita akan menjadi bodoh akibat mengkonsumsi mie berlebih. Kalau
sudah begini, masihkah kita bersikukuh menomorsatukan mie instan sebagai
menu diet harian? Hanya karena murah dan sedap disantap lantas kita
mengabaikan harga mahal yang harus dibayar di hari tua, ketika mendapati
kerusakan hati dan otak karena mengkonsumsi mie secara berlebih.
Kenyataannya
kita tidak harus menunggu tua untuk melihat dampak negatif mie yang
dikonsumsi secara berlebih. Banyak kasus seputar mie yang sempat
menghias surat kabar lokal maupun nasional. Seperti kasus Hilal pada
2009 lalu misalnya, sungguh berita itu masih menghantuiku. Di
tabloid Nova yang pernah kubaca, mie instan yang menawarkan kelezatan
instan telah membuat si kecil Hilal sebegitu menggilai mie
instan. Sehingga diusianya yang baru genap 6 tahun, ia dipaksa menelan
pil pahit sebab ususnya bocor dan mengalami pembusukan sehingga harus
dipotong. Bahkan karena sangat parah, dokter mengamputasi usus Hilal
sekitar 10 cm dan ini dilakukan setelah dua kali operasi pemotongan.
Sangat miris dan mengerikan bukan?
Dan cerita yang tak kalah mengerikan juga kudapati diportal berita maya, diceritakan seseorang yang berusia 48 tahunan tapi sudah 4 tahun terakhir ini kemana-mana selalu membawa alat (maaf) pengganti anus. Lagi-lagi
karena usus bawah sampai dengan anus telah dipotong sebab sudah tidak
bisa dipakai lagi. Pasalnya dengan alasan ekonomi, sewaktu
mahasiswa dia terbiasa mengkonsumsi mie instant secara berlebihan.
Bagian usus yang dipotong tersebut adalah tempat mengendapnya bahan
pengawet yang selalu ada di setiap mie instant. Dan menurut penelitian,
banyak mie instan yang beredar menggunakan borax yang biasa digunakan sebagai pengawet untuk mayat. Walhasil menimbulkan pembusukan dan masalah serius pada usus.
Kasus
lain masih dari portal yang sama, adalah seseorang yang terkena kanker
getah bening. Dia berobat selama hampir 1 tahun di Singapore hingga
menghabiskan lebih dari 1 Milyar pada tahun 1996 sampai 1997. Setelah
diselidiki, ternyata dia terbiasa mengkonsumsi Indomie plus korned
selama 4 tahun terus menerus setiap hari. Mirisnya kebiasaan ini
dilakukan karena karena istrinya sibuk kerja. Menurut dokter yang
menangani, penyebab utamanya adalah pengawet yang ada di Indomie dan
korned yang dikonsumsi. Berkaca dari kasus ini, semoga kita lebih
berhati hati dalam mengkonsumsi mie instan. Sehingga tidak lagi
mengidolakannya sebagai makanan utama dalam menu keseharian kita. Apapun
alasannya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan membiasakan
hidup sehat sejak dini adalah kunci MUTLAK untuk tetap sehat.
Sebagai
pamungkas kata, semoga artikel ini sedikit banyak membawa manfaat bagi
segenap pembaca. Penulis sekedar melempengkan pendapat bahwa yang hemat
tak selamanya membawa nikmat. Sehingga begitu tergelitik untuk
secepatnya menuliskan dampak negatif mengkonsumsi mie instant
berlebih dan cara mengurangi bahayanya. Kepada anak kost dan
perantauan, berhemat memang tidak ada salahnya. Yang salah adalah ketika
kita menjadi pelit untuk mengeluarkan biaya lebih demi asupan gizi yang
lebih baik dan menyehatkan. Dus, untuk hari ini dan seterusnya,
mulailah melakukan pola hidup sehat dengan memperbanyak makan buah dan
sayuran, dan sebisa mungkin menghindari makanan yang instant. Dan buat
Bunda Kompasiana, luangkanlah waktu untuk memasak sendiri dirumah.
Makanlah mie instan hanya sekedar selingan, bukan sebagai menu harian.
Bagaimanapun, asupan gizi dan nutrisi sehat keluarga adalah bagian dari
tanggung jawab Bunda. Sebagai Bunda hebat, memberikan asupan instan pada
anak dan keluarga tentu bukan pilihan yang bijak.
sumber klik disini
Tips Hidup Hemat ala Mahasiswa Anak Kost
Menjadi Mahasiswa adalah pilihan.Pilihan
untuk melanjutkan perjuangan mendapatkan cita-cita.Tapi perlu di ingat
bro, menjadi mahasiswa terutama mahasiswa yang biayanya pas2an perlu
kerja keras ekstra biar kuliah kita trus berlanjut.Ibarat seorang ibu
rumah tangga “Meski pendapatan minim dapur harus tetap mengepul”. Mari Disimak bro Tips Buat bro-bro yang akan atau sedang menjadi mahasiswa
Tips Cara Hemat Ala Mahasiswa Kost :
1.Pilih Kostan Yang Murah
Ini sangat menentukan nasib uang-uang
dalam dompet kita, kalo salah-salah pilih tempat kost maka agar bernasib
tidak baik untuk hemat kita selama kuliah. Oiya, pilih juga teman kost
yang baik dan dermawan. Karena apa? Mereka akan berbaik hati untuk
selalu berbagi makanan. Ibu kost juga diperhatikan, harus jeli dalam
memilih ibu kost yang minimal setiap beberapa hari berbagi makanan. Itu
lumayan mengirit jatah makan kita loh.
Tapi kalo kamu laki-laki lebih baik tiggal
di mesjid kampus atau sekre UKM dan ORMAWA kampus, selain lebih efisien
juga akan terjamin nilai gizi perutmu. Itu menurut pengamatan saya di
kampus hehehehe,apalagi di mesjid Insya Allah kamu akan lebih dekat
dengan-Nya. Sekalian perbaiki diri juga mas bro!.
2.Masak Nasi Sendiri
Dan ini salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam misi hemat kita, coba bayangkan.
1 hari = 3 x makan
Kalo beli : 1 x makan = 2000 (harga nasi) x 3 = 6000/hari
6000 x 30 = 120.000/bulan
Tuh kan lumayan, kalo masak sendiri paling
modal beras aja. Apalagi kalo yang dirumahnya punya sawah, kita bekal
beras untuk sebulan aja hemat. Dan keuntungannya masak nasi sendiri juga
supaya sekalian bisa belajar jadi ibu rumah tangga.
3.Only Me!
Maksudnya, belajar mandiri. Kita uda
mahasiswa, masa nyuci masih ke loundry? Itu salah salah satunya ya.
Pastiah sesibuk-sibuknya mahasiswa pasti ada waktu buat nyuci. Atau
ketika kita akan mengeprint tugas, kita bisa print di teman yang
memiliki printer, jadi kita bisa menghemat pengeluaran dengan mengprint
tugas dengan harga lebih murah atau mungkin geratis
4.Sedia Mie Instan
Ya jaga-jaga aja, kalo kita uangnya emang
bener-bener ga ada udah berusaha hemat tetep ga bisa ya untuk tanggal
tua makannya mie instan aja.
5. Aktif di Kampus
Kenapa ? biasa kalo kita aktif di beberapa
UKM atau organisasi pintu rezeki akan terbuka lebar dan hemat pun bisa
berjalan. Seperti ketika di UKM A kumpul pasti pada bawa makanan, dan
senior selalu menyempatkan mentraktir nah disana kita bisa berbaikan
gizi. Hari selanjutnya misalkan ada UKM B kumpul untuk menghadiri
seminar nah kita ikut aja, pasti disana akan ada makanan gertais,
lumayan kan. Intinya, kita aktif pasti akan ada saja rezekinya Allah itu
membuka pintu rezeki asal kita berusaha dan berdoa tentunya. Tapi tetap
tujuan kita adalah bermanfaat untuk orang lain, sisanya adalah bonus
hehe.
6. Berwirausaha
Nah ini yang menjadi favorit banyak
mahasiswa, berjualan dikelas seperti keripik atau produk handmate.
Selain kita bisa dapat penghasilan tambahan bisa juga belajar
berwirausaha.
7. Aktif di Masyarakat sekitar Kostan
Nah, disini selain kita melatih
sosialisasi kita juga sebagai ajang memperlancar berhemat kita. Misalnya
ketika ada tetangga di sekitaran kostan yang lagi syukuran kita datang,
atau ketika ada pengajian di mesjid ikutan, dan ada yang tahlilan kita
datang. Nah selain perut terisi karena pasti ada makanan disana, kita
juga belajar bermanfaat untuk orang lain. Tapi tetep luruskan niat kita
untuk ikhlas bermanfaat.
8. Menyimpan uang Di Bank
Ini saran dari senior saya juga nih, kita
nabung di Bank tetapi tidak di simpan di ATM juga. Jadi ketika kita akan
mengambil uang itu harus ke Bank langsung. Dan fikiran mahasiswa yang
sibuk pasti tidak akan sering ke bank hanya sekedar ngambil uang goceng
kan.
9. Banyak Beristigfar
Ini penting, karena hasrat kita boros
pasti akan selalu ada dalam godaan syaiton. Untuk menghindari dan
menjaga hasrat boros itu kita banyak-banyaklah beristigfar. Insya Allah.
10. Rajin Puasa Sunnah
Sudah jelas, dengan puasa selain kita
mendapat pahaa dan terhindar dari nafsu yang berlebih kita juga bisa
berhemat. Karena selama puasa kita bisa menekan uang pengeluaran untuk
makan. Tapi tetep dijaga aga kita tidak membeli makanan yang berlebih
untuk buka nanti.
11.Pesan Pengingat
Maksudnya usahakan adakan pesan pengingat
agar kita berhemat. Seperti catatan kecil “Ingat Isnaeni, hemat, hemat”
yang ditempel disetiap sudut kostan seperti cermin, pintu, lemari. Atau
pada bagraund laptop, walpapper HP, Cacatatan di binder kuliahmu, yang
pasti dimanapun agar kamu diingatkan berhemat.
sumber klik disini